Kloset merupakan hal yang mungkin banyak dilupakan. Padahal hal
ini berkaitan dengan kenyamanan kita sewaktu buang air besar. Selama
ini, kita mengenal dua jenis kloset yaitu kloset duduk dan kloset
jongkok. Ternyata keduanya mempunyai kelebihan dan kekurangan
masing-masing. Lalu, yang manakah yang akan kita gunakan? Itu tergantung
kepada keperluan dan kebutuhan pemakainya.
Kelebihan dan
kekurangan masing-masing model kloset ini, dijabarkan dr. Toto Imam
Soeparmono, SpOG (K.Onk), kepala departemen Obstetri dan Ginekologi
RSPAD Gatot Soebroto Jakarta, dari sudut pandang medis.
Asia Lebih Suka Kloset Jongkok
Kloset
diciptakan untuk mempermudah orang membuang air besar tanpa harus
mencari sungai. Ide utamanya adalah membuat tempat privat di mana orang
bisa membuang kotoran dan menyiramnya hingga kotoran itu terbawa air
bilasan menuju saluran pembuangan. Namun pada perkembangannya, kloset
juga didesain menyesuaikan kebutuhan kenyamanan penggunanya.
Di
Asia yang lebih menyukai posisi alami BAB berjongkok, lebih banyak
terdapat kloset jongkok ketimbang kloset duduk. Kondisi ini berbalik
dengan di Barat yang lebih menyukai kloset duduk.
Memperkecil Risiko Ambeien
Kloset
jongkok memang dapat disarankan pada beberapa orang. Orang-orang dengan
risiko ambeien misalnya, kloset jongkok lebih disarankan karena
memperkecil risiko pemicu ambeien. Kloset jongkok dikatakan membantu
kontraksi otot perut secara maksimal ketika proses buang air besar
berlangsung. Kontraksi otot perut yang maksimal ini membuat tenaga
mengejan yang lebih besar sehingga proses BAB pun lebih cepat selesai.
Proses
yang cepat inilah yang memperkecil risiko ambeien. Jika prosesnya lama,
maka otot dan pembuluh darah balik di seputar anus menjadi teregang
maksimal. Selain itu, posisi duduk yang terlalu lama (pada pemakaian
kloset duduk, red.) dapat menyebabkan paha menekan di tempat duduk
sehingga aliran darah dari bawah ke atas lebih terhambat. Inilah yang
kemudian membuat ambeien mudah terpicu.
Selain baik bagi
penderita ambeien, kloset jongkok juga meminimalisir risiko infeksi
saluran kencing dan kelamin terutama pada wanita. Risiko perpindahan
jamur, bakteri maupun flagelata penyebab keputihan ini, mampu ditekan
oleh tidak ada permukaan yang menempel atau terlalu dekat dengan saluran
kencing.
Tidak Cocok untuk Arthritis
Kendati dikatakan
kloset jongkok memiliki banyak sisi positif untuk kesehatan, namun
kloset jongkok tidaklah cocok untuk penderita arthritis (gangguan
lutut). Posisi jongkok yang memberi banyak tarikan pada lutut, tentunya
akan menyiksa penderita arthritis, yang mengganjal dan lutut yang mudah
capek.
Favorit Ibu Hamil
Saat menggunakan kloset duduk,
orang kerap merasa lebih nyaman karena tidak banyak tarikan pada lutut
yang menimbulkan rasa capek. Kloset duduk pun menjadi favorit bagi ibu
hamil, orang tua, penderita arthritis juga obesitas karena minim
menyebabkan ketidak- nyamanan baik di lutut maupun perut.
Awas Infeksi Kuman!
Saat
Anda duduk di kloset, selain kaki yang menempel pada lantai, paha dan
bokong tak bisa terhindarkan menempel pada dudukan kloset. Ini menjadi
potensi perpindahan infeksi kuman dan virus yang menempel di permukaan
kloset. Jika kurang higienis, infeksi dapat pindah ke saluran kencing
maupun alat kelamin wanita.
“Laki-laki saluran kencing dan
kelaminnya agak jauh, sedangkan wanita lebih dekat. Kalau kena infeksi
saluran kencing (sistitis), saluran kelamin juga bisa terkena karena
muaranya dekat!” tegas Toto.
Risiko yang paling ringan,
menyebabkan anyang-anyangan (yang termasuk tanda-tanda infeksi saluran
kencing) dan keputihan (baik disebabkan jamur, bakteri maupun
flagelata). Sedangkan risiko terberat, infeksi kelamin atau mulut vagina
bisa masuk lebih dalam. Jika berlanjut bisa menjadi infeksi rongga
rahim (endometritis) bahkan saluran telur (salpingitis). Risiko paling
buruk, infeksi saluran telur dapat menyebabkan kebuntuan saluran telur
sehingga tidak bisa memiliki keturunan.

